Review Film Wiro Sableng: Bagus Sih, Tapi....



Review Film Wiro Sableng: Bagus Sih, Tapi....

 ㅤㅤ"Wiro, Wiro Sableng! Sinto, Sinto Gendeng! Wiro, murid sableng! Sinto, guru gendeng!

 ㅤㅤ Muridnya sableng? Gurunya gendeng?" 


Potongan lirik lagu itu masih teringat jelas di kepala aku saat menjajaki pelataran lobby XXI Lotte Shopping Avenue pada tanggal 30 Agustus kemarin. Excited? Pastinya! Gimana nggak semangat untuk menonton versi layar lebar untuk film laga yang dulu aku rajin tonton di akhir pekan?

Aku sangat menyukai kelucuan Wiro Sableng melalui layar kaca. Dia sangat konyol tapi mampu menumpas kejahatan. Gara-gara nonton Wiro Sableng, sejak kecil aku selalu memiliki mimpi untuk membela yang benar! Menumpaskan mereka yang suka menginjak orang lemah! Hahaha

Seharusnya aku menonton film ini bersama sahabatku, Christin Natalia. Tapi karena sesuatu, ia tidak bisa menemaniku padahal tiket sudah dibeli. Akhirnya aku menghubungi seorang kawan yang kebetulan kantor dia di kawasan Setiabudi. Ia adalah Agustaf. Sama-sama lahir di tahun 90-an, kami sama-sama mengenal sosok Wiro Sableng. Tentu saja hype yang kami rasakan untuk menyaksikan lagi Wiro Sableng sangatlah tinggi.

Menurutku pribadi, film Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 sudah cukup apik dikemas oleh Angga Dwimas Sasongko. Belum lagi 20th Century Fox yang memproduksi film ini. CGI-nya juga lumayan kok. Tidak 'wah' banget tapi sudah bisa diacungkan jempol untuk menyesuaikan dengan adegan laga para pendekar lokal dari negeri sendiri.

Rasanya ada kepuasan sendiri melihat pendekar lokal memiliki film selevel superhero dari luar. WOHOOO!

Aku rasa, siapapun yang belum pernah mengenal versi 'sinetron' Wiro Sableng tidak akan kesulitan untuk memahami jalan ceritanya. Dari awal, penonton benar-benar diperkenalkan mengenai latar belakang Wiro Sableng yang na'as sebagai anak yatim piatu yang kemudian diselamatkan oleh Sinto Gendeng. Meski di awal-awal agak sedikit canggung melihat adegan adu silat antara Marcell Siahaan (Ranaweleng, ayah dari Wiro Sableng) dengan Yayan Ruhian (Mahesa Birawa). Canggung karena terlihat sangat begitu hati-hati untuk adegan menyerang-menangkisnya hehehe.


Sebagai anak yang dulu pernah mendalami pencak silat, melihat adegan pertarungan antara Marcell vs Yayan, aku merasa seolah sedang menonton promosi ekstrakulikuler saat sekolah.

Jadi tegangnya kayak nanggung karena berasa 'slow' gitu. Sempat menurunkan ekpsetasiku yang terlalu tinggi saat melihat that opening act. :(

Syukurnya sih, suguhan tersebut segera tertutup saat melihat aksi Vino G. Bastian (Wiro Sableng) yang begitu baik saat bertarung di sebuah rumah makan dengan anak buahnya Mahesa Birawa. Aku lupa namanya dia siapa, pokoknya Si Botak itulah!

Kemudian akting dari seluruh pemeran dan juga detail properti membuatku ingin mengacungkan jempol untuk seluruh kru yang sudah terlibat. Benar-benar bagus meski tingkat kelucuannya tidak sepenuhnya ditampilkan seperti versi jadulnya. Atau memang selera humorku sudah kurang anjlok, ya?

Tapi selama menonton, aku menikmati semuanya kok. Adegan bertarung, lawak-lawakan dari para pemain dan juga efek CGI-nya.

Hal yang menurutku cukup 'kentang' dari film ini ada di bagian saat Wiro Sableng mengalahkan Mahesa Birawa.

APA? KENTANG?

Iya. Kentang. Nanggung. Rasanya tuh mau bilang, "kenapa gitu sih?"

Gimana ya....

Ibarat udah dikasih ketegangan yang intensif. Menebak-nebak kira-kira bagaimana Wiro akan menyerang Mahesa dengan tingkat estetika penyerangan yang indah lalu meninggalkan kesan tinggi, tetapi... semua itu langsung sirna dengan adegan yang 'gitu aja'.

Iya. GITU AJA.

:(

Nggak paham? Tonton aja sendiri hehehe.

Secara keseluruhan, Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 menjadi pemuas dahaga untuk para pecinta dan penggemar Wiro Sableng sendiri. Kalau disuruh kasih nilai dari 1-10, maka aku akan memberikan nilai: 7,1 of 10. 

Senangnya nonton Wiro Sableng ini ibarat seperti ketemu mantan tapi nggak sampai balikan. HAHAHA.


Oh, iya! Ada bagian yang kurang 'continue' nih. Kurang continue-nya adalah ketika Wiro sebelum tidur, ia memiliki bercak darah di bagian baju dekat leher. Namun ketika bangun tidur di pagi hari, bercaknya darahnya sudah menghilang.


Untuk kamu yang belum nonton, buruan deh ditonton! Jangan langsung pergi setelah film selesai karena ada post-credit scene lho!

Hm ... apakah ada kelanjutannya? Kita tunggu saja!

2 komentar:

  1. Keren! saya suka review dan cara reviewnya,,, the nun keren keknya,, kalo request review film lama?? gimana

    BalasHapus
    Balasan
    1. Woi, Faizar! Thank you udah baca blog gue hahaha.

      Jadi nggak perlu nanyain lagi kan kapan gue update blog? lol

      The Nun keren? Nggak yakin sih gimana melihat penilaian orang-orang di linimasa gue yang bilang B aja. 6/10 dll.

      Tapi gue bakal tonton itu kok.

      Review film lama boleh kok. Lo tulis aja di kolom komentar dengan list film apa yang mau harus gue tonton dan review.

      :D

      Hapus